Budi Brahmantyo, Karst Citatah
Pakar geologi dari ITB, Dr. Ir. Budi Brahmantyo, M.Sc. (48) tak tinggal diam ketika melihat keadaan karst Citatah di Kabupaten Bandung Barat terancam punah akibat penambangan batu gamping. Dia bersama pakar lainnya berupaya untuk menyelamatkannya. “Butuh sepuluh tahun mengajukan karst Citatah untuk diajukan sebagai warisan bumi ke badan dunia UNESCO,” ujar pria kelahiran Indihiang, Tasikmalaya ini.
Menurut Brahmantyo, semua instansi pemerintah menyadari keadaan kerusakan di kawasan itu. Namun, mereka seakan baru “melek”, setelah melihat pameran foto tentang karst Citatah. “Penyelamatan karst Citatah, bukan hanya untuk situs Gua Pawon atau Gua Hawu, tetapi penyelamatan lingkungan serta pendidikan,” katanya.
Dia pun menyayangkan jika hasil penelitian di karst Citatah itu belum sampai ke anggota dewan. Pasalnya, sudah sejak lama penelitian pada karst Citatah itu dilakukan.
Brahmantyo menyadari bahwa untuk menyelamatkan karst Citatah memang tidaklah mudah. Pasalnya, kepentingan ekonomi sering mengalahkan kepentingan lainnya. Dalam mengatasi hal tersebut, dia menyarankan agar kawasan Citatah dijadikan perkebunan jambu kelutuk (jambu biji). “Pohon jambu kelutuk yang ditanam di kawasan berkapur, seperti Citatah, ternyata buahnya lebih manis. Semestinya mulai dari sekarang mata pencaharian masyarakat di kawasan itu dialihkan,” katanya.
Dia juga berharap, setelah Citatah dijadikan sentra jambu kelutuk, ke depan Citatah bisa seperti Subang dengan nanasnya, sehingga karst Citatah dapat terjaga dari penambangan.
(Sumber Koran Pikiran Rakyat Edisi Rabu, 28 Juli 2010)***
Hits: 398
No Comments