Ekspedisi Ilmiah Lengguru-Kaimana
BANDUNG, KOMPAS – Penelitian bersama lembaga pendidikan dan penelitian asing berpotensi memperkaya sumber informasi ilmu pengetahuan nasional. Namun, harus ditekankan bahwa hasil penelitian bersifat terbuka dan tidak bisa menjadi hak milik pribadi pihak tertentu.
“Kontribusi penelitian dengan pihak asing diharapkan memberikan data tambahan bagi peneliti nasional untuk melakukan penelitian lanjutan,” ujar Kepala Museum Geologi Yunus Kusumabrata, Kamis (26/8) di Bandung.
Yunus mencontohkan keikutsertaan Museum Geologi dalam Ekspedisi Ilmiah Lengguru-Kaimana 2010 yang akan berlangsung 12 Oktober-13 November. Ekspedisi yang diprakarsai Institut de Recherche pour le Developpement Perancis ini akan meneliti dan menginventarisasi keanekaragaman hayati di wilayah Lengguru, Papua. Penelitian itu meliputi populasi ikan pelangi, studi tentang evolusi struktur karst, dan evolusi makhluk hidup.
Sebelumnya, Museum Geologi pernah bekerja sama dengan Pemerintah Jepang terkait renovasi dan penataan museum serta kerja sama dengan University of Wollongong, Australia, dalam penelitian gajah purba.
Dengan aktif dalam ekspedisi ini Yunus meyakini ada manfaat yang bisa didapat Museum Geologi serta enam lembaga penelitian dan perguruan tinggi lain. Khusus bagi Museum Geologi, ia mencontohkan aktivitas penelitian ikan dari berbagai zaman di beberapa danau yang sudah kering di Lengguru. Ia berharap metode pengumpulan data dan penelitian itu bisa dimanfaatkan Museum Geologi untuk penelitian serupa selanjutnya.
Menurut Yunus, saat ini Museum Geologi memiliki sekitar 30 fosil ikan beragam usia dari Jawa atau Sumatera. Beberapa belum terdata dengan baik karena minimnya pemahaman metode penelitian. Ia berharap dua wakil Museum Geologi di Ekspedisi Lengguru, yaitu ahli vertebrata, Sinung Baskoro, dan ahli moluska, Unggul, bisa mendapatkan pengetahuan baru.
“Kita tidak usah malu belajar pada mereka yang saat ini memiliki kapasitas keilmuan dan kemampuan dana lebih baik,” ujarnya.
Pengalaman
Geolog Institut Teknologi Bandung, Budi Brahmantyo, mengatakan, kerja sama dengan pihak asing bisa memberikan pengalaman dan tambahan data ilmu pengetahuan baru. Ekspedisi Lengguru bisa memberikan pelajaran dan pemahaman baru tentang struktur karst di wilayah timur Indonesia. Hal itu merupakan kesempatan yang harus dimanfaatkan dengan baik karena sering kali peneliti Indonesia masih terbentur dana. Pemerintah Indonesia kerap tidak bersemangat membiayai penelitian ilmiah dengan alasan biaya yang tinggi.
Akan tetapi, wakil ITB dalam Ekspedisi Ilmiah Lengguru-Kaimana 2010 ini menyatakan, sejak awal Pemerintah Indonesia harus mengatur hasil penelitian. Harus ada ketegasan untuk menentukan hasil penelitian ini tidak boleh menjadi hak milik pribadi.
“Saya kira penelitian dengan pihak asing harus terus ditingkatkan. Namun, penekanan bahwa hasil penelitian adalah sumber yang terbuka bagi semua orang juga harus diutamakan,” kata Budi yang bersama hidrogeolog ITB, Erwin Irawan, akan meneliti struktur karst di Lengguru. (CHE)
Hits: 93
No Comments