Enter your keyword

Angkat Disertasi tentang Gempa Bumi, Razar Hlaing Wisudawan Asal Myanmar Lulus Program Doktor ITB

Angkat Disertasi tentang Gempa Bumi, Razar Hlaing Wisudawan Asal Myanmar Lulus Program Doktor ITB

Angkat Disertasi tentang Gempa Bumi, Razar Hlaing Wisudawan Asal Myanmar Lulus Program Doktor ITB

fitb.itb.ac.id; 20 Juli 2019, mengutip dari laman www.itb.ac.id

BANDUNG, itb.ac.id – Razar Hlaing, merupakan wisudawan asing Program Doktor Institut Teknologi Bandung pada Program Studi Sains Kebumian, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian yang akan mengikuti Wisuda Ketiga ITB Tahun Akademik 2018/2019, Sabtu, 20/7/2019, di Sasana Budaya Ganesha. Menurutnya, Indonesia memiliki kemiripan budaya dengan negara asalnya yakni Myanmar, sehingga tak ragu memilih Indonesia sebagai negara tujuan melanjutkan pendidikan.

ITB dipilih menjadi institusi tempat melanjutkan pendidikan oleh Razar Hlaing karena menurutnya ITB telah dikenalnya sebagai perguruan tinggi favorit di Indonesia. Selain itu berdasarkan rekomendasi dari profesor tempat ia menempuh pendidikan sebelumnya, ITB merupakan tempat yang memiliki kapasitas sangat baik untuk menempuh pendidikan lebih lanjut.

“Bahasa bukan menjadi kendala bagi saya dalam menjalankan pendidikan di sini (ITB) karena saya beruntung memiliki supervisor yang sangat baik sekali. Mereka pandai berbahasa Inggris kemudian juga sangat terbuka kepada saya jika saya memiliki kendala dalam proses belajar seperti dalam berbahasa,” ujar Razar Hlaing saat berbincang dengan Reporter Humas ITB.

Adapun supervisor atau lebih sering disebut dosen pembimbing yang dimaksud Razar ini adalah, Prof. Sri Widiyantoro, Dr. Irwan Meilano, dan Dr. Asep Saepuloh yang mengampu disertasinya dengan judul “Probabilistic Approach to The Seismic Hazard Assessment in Myanmar.”

Razar mengutarakan bahwa disertasi dengan topik seismik sangat penting untuk didalaminya karena peluang terjadinya gempa di negara asalnya cukup besar sehingga penilitian tersebut dapat berguna sebagai tindakan preventif dalam menanggulangi bencana gempa. Ia juga mengetahui bahwa Indonesia memiliki fenomena seismik yang sangat kompleks. Sehingga, ia meyakini mempelajari seismik di Indonesia sangatlah tepat karena para dosen pembimbingnya sudah mempelajari dan menguasai fenomena seismik yang kompleks tersebut.

“Sebenarnya, Indonesia dengan fenomena seismiknya yang sangat kompleks merupakan kesempatan bagus bagi para pemudanya untuk mempelajari serta menelitinya lebih lanjut,” ungkap Razar.

Sekilas tentang penelitiannya, Razar menjelaskan bahwa hasil akhir dari penelitiannya ini berupa peta persebaran bahaya gempa di seluruh wilayah Myanmar. Hal tersebut dapat diperolehnya menggunakan pendekatan probabilistik terhadap beberapa hal yang dapat merepresentasikan peluang serta tingkat bahaya terjadinya gempa di suatu area. Beberapa hal tersebut terdiri atas data terjadinya gempa di Myanmar beserta magnitude dan lokasinya dari tahun 1900 hingga 2017, persebaran patahan lempeng, serta zona subduksi lempeng di bagian barat Myanmar.

Akhirnya, peta persebaran bahaya gempa tersebut dapat dibuat olehnya. Ia pun berencana akan melakukan publikasi kepada seluruh kalangan di Myanmar sebagai langkah awal mitigasi bencana gempa serta dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan untuk pembangunan. Menurutnya, paling tidak nantinya hal ini akan meningkatkan Public Awareness terhadap bencana gempa bagi masyarakat Mnyanmar.

Pada akhir wawancara, Razar mengutarakan rasa syukurnya yang luar biasa atas kesempatannya menempuh pendidikan di ITB. Pertama, dengan pembimbing yang sangat kompeten dalam membimbing, ia merasa sangat beruntung mendapatkan banyak ilmu. 

Selain itu, sempat belajar bersama mahasiswa Indonesia memberikan kesan yang baik baginya karena ia menilai mahasiswa Indonesia memiliki semangat tinggi, pekerja keras, serta nyaman untuk diajak berdiskusi. 
 
Terakhir ia mengungkapkan terima kasih kepada  ASEAN University Network/Southeast Asia Engineering Education Development Network (AUN/SEED-Net) sebagai lembaga pemberi beasiswa kepada dirinya untuk kuliah di ITB.
 
Reporter: Irfan Ibrahim (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2016)

Hits: 26

EnglishIndonesia