Membangun Kampus Adaptif: Solusi, Risiko, dan Tata Kelola yang Efektif
Membangun Kampus Adaptif: Solusi, Risiko, dan Tata Kelola yang Efektif
Oleh: Dasapta Erwin Irawan
Pada tanggal 19 September 2025 telah dilaksanakan Acara Pembekalan Dekanat dan Kaprodi ITB yang baru. Narasumber dalam acara ini meliputi Direktur SDM, Badan Perencanaan Strategis dan Manajemen Risiko (BPSMR), Kepala Biro Hukum, Direktur Pendidikan, Direktur Kemahasiswaan, Direktur Perencanaan, Direktur Keuangan, dan Direktur Logistik.
Pada era perubahan yang serba cepat, kampus dituntut untuk mampu beradaptasi, mengelola risiko, dan mengambil keputusan yang benar-benar berdampak. Banyak catatan, diskusi, dan pengalaman di lingkungan perguruan tinggi menunjukkan bahwa tata kelola yang efektif bukan hanya soal menambah aturan, melainkan soal keberanian memilih solusi yang relevan, sederhana, dan berorientasi pada kemajuan bersama.
Tata Kelola SDM dan Organisasi: Fleksibilitas adalah Kunci
Pengelolaan SDM dan organisasi kampus tidak bisa lagi mengandalkan birokrasi kaku. Keputusan harus berada di tangan manajemen yang peka terhadap kebutuhan nyata. Pengembangan kompetensi yang diikuti oleh peningkatan kesejahteraan melalui sistem remunerasi yang adil jauh lebih utama.
Identifikasi Risiko dan Penyederhanaan Aturan
Risiko perlu diidentifikasi sejak awal agar tidak menjadi bom waktu. Hukum dan regulasi harus menjadi obat—solusi yang menyembuhkan, bukan menambah masalah. Setiap peraturan sebaiknya ditulis ringkas dan jelas, fokus pada tujuan. Apa yang diinginkan, itulah yang ditulis agar tidak terjadi ambigu dan multi-tafsir.
Otonomi Kampus: Peluang yang Belum Dimaksimalkan
Banyak PTN-BH seperti ITB belum sepenuhnya memanfaatkan otonomi yang dimiliki. Kuncinya adalah berani mulai, menata peraturan, dan memperkuat kebijakan umum yang relevan dengan kebutuhan institusi.
Kepemimpinan dan Etika: Menjadi Motor Perubahan
Kepemimpinan yang efektif adalah yang mampu menerapkan kebijakan secara adil dan mendorong perbaikan berkelanjutan. Untuk pelanggaran etika, baik oleh dosen maupun mahasiswa, disiplin dapat diterapkan dengan rekomendasi hukum yang transparan, namun tetap mengutamakan pembinaan. Penentuan peran dan tanggung jawab di tingkat fakultas harus jelas agar tidak terjadi tumpang tindih.
Proses Hukum dan Legalitas: Penyederhanaan dan Efisiensi
Tidak semua aktivitas memerlukan legalitas berlapis. Untuk kegiatan seperti mengundang dosen tamu, korespondensi resmi seharusnya cukup tanpa perlu SK tambahan. Dalam skema swakelola, denda keterlambatan atau blacklist tidak perlu diterapkan. Jika ada tuntutan, penyelesaian lewat arbitrase lebih adil dan efisien.
Ketegasan, Etika, dan Kepemimpinan: Menemukan Titik Tengah
Solusi tata kelola tidak selalu soal ketegasan mutlak. Ketegasan perlu disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan, bukan sekadar mengikuti prosedur lama yang kerap mengabaikan kebutuhan nyata dosen maupun mahasiswa. Untuk kasus pelanggaran, baik akademik maupun etika, penting menimbang apakah tindakan disiplin benar-benar solusi, atau justru revisi alur dan pembinaan lebih berdampak.
Kepemimpinan organisasi, khususnya di institusi seperti ITB, harus mampu membaca situasi dan mengambil tindakan saat sesuatu sudah tidak efektif. Jika peran dan tanggung jawab belum jelas, lakukan peninjauan dan penataan ulang agar tidak terjadi kebingungan atau konflik. Setiap perubahan harus dipandu dengan komunikasi yang baik agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan pihak manapun.
Proses hukum dan rekomendasi legal juga harus diarahkan pada solusi, bukan sekadar formalitas. Tindakan hukum pasif/aktif harus dipertimbangkan berdasarkan urgensi dan dampak, dengan memanfaatkan prosedur yang ada seperti TAD atau arbitrase jika diperlukan.
Penutup: Bergerak Maju dengan Solusi dan Kolaborasi
Dengan mengutamakan solusi, penyederhanaan, dan kolaborasi, kampus dapat membangun lingkungan yang sehat, produktif, dan adaptif terhadap perubahan. Tata kelola yang baik bukan soal menambah aturan, tetapi tentang keberanian mengambil keputusan yang berdampak nyata bagi seluruh sivitas akademika.
Kesimpulan: Kampus yang Tangguh Berawal dari Solusi Praktis
Kampus yang adaptif dan berkelanjutan lahir dari keberanian mengambil keputusan berbasis solusi, bukan sekadar menambah aturan. Kunci suksesnya adalah tata kelola yang responsif, identifikasi risiko sejak dini, serta pemanfaatan otonomi dan sumber daya secara optimal. Dengan demikian, setiap kebijakan benar-benar menjadi alat pemecah masalah, bukan sekadar formalitas.
Hits: 2
No Comments