Pemetaan Ruang Akses Perempuan di Kampung Adat Kadoku Sumba Barat
Ruang bagi perempuan adat adalah ruang fisik untuk hidup, beraktivitas, serta menjalankan peran dan tanggung jawab mereka dalam komunitas. Keberadaan ruang ini kerap kali terbatas oleh norma dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. Tim Pengabdian Masyarakat dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) – Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) – Universitas Indonesia (UI) berupaya memetakan dan mendokumentasikan ruang akses perempuan adat di Kampung Kadoku, Desa Weimangoma, Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika kompleks antara gender, budaya, dan lingkungan, serta bagaimana faktor-faktor ini saling berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari perempuan adat Sumba.
Tim Peneliti dan Metodologi
Tim penelitian ini dipimpin oleh Dr. Alfita Puspa Handayani dari FITB-ITB dan Asri Saraswati, S.Hum., M.Hum., Ph.D dari FIB-UI, dengan dukungan dari para ahli di berbagai bidang, antara lain:
- Ir. Alfend Rudyawan, S.T, M.Sc., M.T., Ph.D. (Ahli Geologi-ITB)
- Dr. techn. Nabila Sofia Eryan Putri, S.T., M.T. (Ahli Geodesi Atmosfer-ITB)
- Diah Kartini Lasman, M.Hum. (Ahli Kajian Budaya-UI)
- Wina Aprilia Tirtapradja, M.A. (Ahli Kajian Budaya dan Literasi Media Baru-UI)
Dengan pendekatan multidisiplin, penelitian ini menggunakan metode foto udara, delineasi lapangan, dan wawancara mendalam untuk memetakan ruang-ruang yang dapat diakses oleh perempuan adat Kadoku. Hasilnya, ditemukan bahwa meskipun terdapat ruang-ruang pamali yang tidak dapat dimasuki oleh perempuan, mereka justru menciptakan ruang-ruang baru untuk berdaya melalui berbagai aktivitas seperti menenun, bertani, beternak, dan menanam tanaman obat.
Perempuan Adat Kadoku: Berdaya dalam Keterbatasan
Di Kampung Kadoku, perempuan memiliki peran sosial yang signifikan. Mereka digambarkan setara seperti terdapatnya ornamen yang menyimbolkan Ayah dan Ibu (Laki-laki dan Perempuan) yang diletakkan sepasang di menara rumah adat mereka. Istri kepala adat yang disebut rato Perempuan, memiliki peran penting dalam setiap perencanaan acara adat, mulai dari pernikahan, kematian, hingga ritual tahunan besar seperti Pasola. Meski terdapat pembatasan ruang dalam adat, perempuan tetap mampu menemukan jalan untuk berkontribusi terhadap komunitas mereka.
Fakta menarik lainnya adalah bagaimana kondisi geologi dan atmosfer Sumba turut memengaruhi pola permukiman. Rumah-rumah dibangun di atas bukit tidak hanya untuk alasan pertahanan, tetapi juga karena karakteristik batuan karst yang kaya akan air. Struktur batuan ini mampu menyimpan air hujan, sehingga meskipun jauh dari sungai, masyarakat tetap dapat memenuhi kebutuhan air mereka.
Langkah Selanjutnya: Preservasi Digital dan Pemetaan 3D
Sebagai tindak lanjut, tim Pengabdian Masyarakat dari ITB dan UI berencana mengembangkan pemetaan digital 3D untuk tujuan preservasi warisan budaya (cultural heritage preservation). Melalui pemetaan ini, diharapkan pemahaman yang lebih dalam tentang interaksi antara ruang, budaya, dan gender di masyarakat adat Sumba dapat terwujud. Lebih dari sekadar dokumentasi, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk studi lebih lanjut yang melibatkan berbagai disiplin ilmu untuk mendorong kebijakan yang lebih inklusif terhadap peran perempuan dalam menjaga warisan budaya dan lingkungan mereka.
Hits: 3