Siapa Nenek Moyang Ki Sunda?
Siapa nenek moyang Ki Sunda itu, apakah mereka dari golongan Homo erectus atau Manusia Solo (Homo ngandongensis/soloensis)?
Johan Arif
Peneliti Geoarkeologi & Lingkungan di ITB, Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung.
19 April 2024
Bandung Bergerak.id – Kira-kira tahun 2004-2005 ada pertemuan kecil dari kelompok pemerhati kota Bandung di Jl. M. Ramdan Bandung. Salah satu topik yang menarik bagi saya di dalam pertemuan tersebut adalah pembahasan mengenai siapa nenek moyang Ki Sunda (orang Sunda) yang dipaparkan oleh Prof. Dr. R. P. Koesoemadinata mantan guru besar geologi ITB. Menurut beliau, nenek moyang Ki Sunda kemungkinan berasal dari golongan Homo erectus yang hidup di sekitar Danau Bandung dan mereka pernah menyaksikan terjadinya peristiwa alam yang besar yaitu meletusnya Gunung Sunda purba serta munculnya Gunung Tangkuban Parahu yang terjadi pada zaman Plestosen Akhir, kira-kira 100 ribu tahun yang lalu.
Dalam kamus umum bahasa Sunda, “Ki” adalah sapaan hormat kepada lelaki dewasa. Dinka S. Pradja dalam HU Pikiran Rakyat tanggal 24 Mei 2003 mengatakan bahwa Ki Sunda atau orang Sunda adalah masyarakat suku Sunda yang menghuni Tatar Sunda –suatu istilah geobudaya untuk daerah di bagian barat Pulau Jawa– konon sejak zaman Aki Tirem di abad pertama Masehi sampai saat ini. Mereka, dalam sejarahnya, pernah mengalami zaman keemasan yaitu pada masa Prabu Siliwangi sebagai pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Pajajaran yang berkuasa pada tahun 1482-1521. Sedangkan kerajaan di Tatar Sunda dimulai sejak berdirinya Tarumanagara yang eksis dari mulai abad ke-5 hingga abad ke-7 Masehi berdasarkan inskripsi lima buah prasasti yaitu Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebonkopi II (Rakryan Juru Pangambat), Prasasti Jambu (Koleangkak), dan Prasasti Munjul.
Tetapi tampaknya pemakaian kata “Sunda” jauh lebih tua usianya. Kata “Sunda” dipakai untuk nama sebuah gunung yaitu Gunung Sunda purba yang hadir 2 juta tahun yang lalu dan runtuh sekitar 100 ribu tahun yang lalu dengan meninggalkan sisa antara lain Bukit Tunggul dan Gunung Burangrang. Menurut Rouffaer (dalam The Geology of Indonesia yang ditulis oleh Van Bemmelen 1949), kata “Sunda” muncul pertama kali pada batu prasasti yang ditemukan di Jawa Barat yaitu pada Prasasti Kebonkopi II (Rakryan Juru Pangambat), dengan memakai bahasa Melayu Kuno. Tulisan tersebut diperkirakan dibuat pada tahun 1030 Masehi. Kemungkinan lainnya, menurut Prof.Berg, secara etimologi, kata “Sunda” berasal dari bahasa Sanskrit “çuddha” yang berarti putih. Hal ini, mungkin berkaitan dengan letusan Gunung Tangkuban Perahu yang mengeluarkan debu berwarna putih yang menutup seluruh perbukitan yang berada di sekitar gunung tersebut.
Kembali kepada pendapat yang dilontarkan oleh Pak Koesoema di atas, apakah memang benar nenek moyang Ki Sunda adalah golongan Homo erectus? Selama ini belum pernah ditemukan jejak kehidupan Homo erectus di Tatar Sunda (tetapi ada laporan yang menceritakan tentang penemuan fosil gigi seri Homo erectus di Rancah, Ciamis tahun 1999). Fosil-fosil dari golongan Homo erectus ini banyak ditemukan di berbagai situs yang berada di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo seperti di Sangiran dan Trinil. Di Tatar Sunda sendiri fosil-fosil hewan yang diduga hidup sezaman dengan Homo erectus di Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak ditemukan di sekitar Batujajar, Bandung Barat.
Golongan Homo erectus yang berasal dari Sangiran dikenal sebagai “Manusia Jawa”, Fosil-fosil mereka umumnya ditemukan di lapisan sedimen yang berumur Plestosen Awal; antara 1,15 hingga 0,7 juta tahun yang lalu. Sedangkan golongan Homo erectus lainnya yang dianggap lebih maju (karena volume otaknya lebih besar) yaitu Homo ngandongensis/soloensis atau “Manusia Solo” fosil-fosilnya ditemukan di Ngandong (Jawa Timur). Waktu hidup mereka masih belum diketahui pasti, ada yang mengatakan hidup sekitar 250 ribu tahun yang lalu dan sebagian lagi mengatakan antara 80 atau 100 ribu tahun yang lalu. Kemudian ada banyak pendapat mengenai Homo ngandongensis ini antaralain mereka digolongkan sebagai Homo sapiens purba, seperti halnya manusia Neanderthal yang jejak kehidupannya banyak ditemukan di wilayah Asia Barat dan Eropa.
Baca Juga: Meninjau Penciptaan Bumi Berdasarkan Al-Qur’an dan Geosains
Bencana Alam, Perubahan Iklim, dan Jejak Hutan Tropis Bandung
Adakah Manusia yang Hidup pada Periode antara 200-50 Ribu Tahun yang lalu di Indonesia?
Dari aspek budaya manusia adalah makhluk berakal (Homo sapiens) karena dia mempunyai daya cipta, karsa dan rasa yang mampu melahirkan kebudayaan dan peradaban.
Di Indonesia hingga saat ini belum pernah diketemukan fosil-fosil manusia golongan Homo sapiens yang hidup pada periode 200-50 ribu tahun yang lalu. Akan tetapi diduga manusia telah hadir di kawasan Asia dan Australia sejak 70 ribu tahun yang lalu.
Hal ini didasarkan kepada temuan-temuan sisa-sisa kehidupan manusia di suatu gua di Punung, Jawa Timur yang mempunyai keantikan sekitar 80 ribu tahun yang lalu dan bukti-bukti arkeologi di Australia yang mempunyai keantikan antara 60-38 ribu tahun yang lalu. Kemungkinan bentuk tengkorak mereka mirip dengan dua fosil tengkorak yang berasal dari Israel di Asia Barat yaitu Skhul V dan Qafzeh. Kedua fosil tengkorak ini dianggap sebagai fosil Homo sapiens purba yang hidup pada Zaman Plestosen Akhir sekitar 100 ribu tahun yang lalu yang morfologi tengkoraknya lebih kekar (robust) dibandingkan manusia sekarang. Dari segi budayanya (yaitu peralatan dari batu) Homo sapiens purba ini mempunyai kebudayaan yang sangat sederhana dan tidak bervariasi. Tetapi memasuki perioda 60-40 ribu tahun yl teknologi peralatan lebih bervariasi. Hal ini mungkin disebabkan oleh kemampuan akal manusia yang hidup pada masa ini lebih maju sehingga mereka mulai menyebar ke berbagai tempat di muka bumi ini.
Jadi siapa nenek moyang Ki Sunda itu, apakah mereka dari golongan Homo erectus atau Manusia Solo (Homo ngandongensis/soloensis)? Hal ini masih merupakan misteri hingga munculnya data baru tersingkap ke permukaan.
Hits: 203