Enter your keyword

Seni Berbeda Pendapat Tanpa Mengurangi Rasa Hormat

Seni Berbeda Pendapat Tanpa Mengurangi Rasa Hormat

Seni Berbeda Pendapat Tanpa Mengurangi Rasa Hormat

Seni Berbeda Pendapat Tanpa Mengurangi Rasa Hormat

Karena tidak semua harus ada pemenang…

Oleh: Dasapta Erwin Irawan

Perbedaan pendapat adalah bagian alami dari kehidupan—baik di tempat kerja, rumah, atau dalam komunitas kita. Namun, bagaimana kita menangani perbedaan dapat memperkuat hubungan kita atau menabur perpecahan yang berkelanjutan. Mempertahankan rasa hormat di tengah perbedaan pendapat memang sangat sulit. Konon katanya kita jangan menghindari konflik, tetapi mengatasinya dengan empati, kejelasan, dan tujuan, atau sesederhana tinggalkan arena konflik dan lupakan.

Menjaga rasa hormat dalam perbedaan pendapat (respectful disagreement) menunjukkan kedewasaan dan kekuatan. Hal ini membantu kita membangun kepercayaan, belajar dari orang lain, dan berkembang—bahkan ketika konsensus tidak mungkin dicapai. Konsensus itu penting tapi bukan yang utama. Yang penting itu adalah niat dan kemauan Anda. Boleh menjadi pribadi yang keras, tapi tidak boleh jadi orang yang ngototan. Dengan keteguhan hati, sebenarnya tinggal tunggu waktu saja. Cepat atau lambat, apa yang Anda inginkan akan terjadi.

Bedanya keras dengan ngotot… Keras adalah kukuh pendidiran. Anda mengetahui apa Anda inginkan. Ditanya kapanpun, pandangan Anda tetap sama. Ngotot adalah menginginkan apapun terjadi sesuai keinginan Anda, sesuai waktu yang Anda inginkan. Nah itu yang tidak boleh, karena sangat mungkin prosesnya membutuhkan peran serta orang lain.

Saat ketegangan meningkat, ingatlah: tujuannya bukan untuk menang, tetapi untuk memahami dan dipahami. Tidak semuanya harus ada pemenangnya.

Mengapa Kita Berbeda Pendapat?

  • Latar belakang berbeda: Pengalaman hidup, pendidikan, dan cara dibesarkan membentuk perspektif unik kita.
  • Asumsi tersembunyi: Seringkali, bukan topiknya sendiri, tetapi emosi yang mendasari atau riwayat di balik argumen kita yang menyebabkan gesekan.
  • Keterlibatan emosional: Perasaan yang kuat dapat mengaburkan komunikasi, membuat sulit untuk saling memahami dengan jelas.

Bagaimana agar Perbedaan Tidak Mengurangi Rasa Hormat?

  • Mengakui perbedaan: Menerima bahwa melihat sesuatu secara berbeda adalah normal dan berpotensi memperkaya. Memang sulit, tapi hebat kalau Anda bisa. Saya juga masih sering susah menerima :D.
  • Mendengar aktif: Mendengarkan untuk memahami, bukan hanya untuk menjawab. Berhenti sejenak untuk merefleksikan sebelum merespons, dan membuat catatan jika diperlukan. Mencatat ketika berdebat akan menurunkan emosi. Bisa dicoba. Kalau ini saya memang sudah mencoba, dan berhasil.
  • Memisahkan orang dari masalah: Fokus pada masalah, bukan individu. Hindari serangan pribadi atau menyalahkan. Ini saya juga sudah sering berhasil.
  • Memberi ruang: Terkadang mundur sejenak, merefleksikan, dan membiarkan emosi mereda adalah yang terbaik sebelum terlibat kembali. Bilang, kalau Anda merasa perdebatan tidak berujung, jadi lebih baik disudahi. Lalu pergilah.
  • Terlibat kembali dengan penuh pemikiran: Kalau Anda sudah siap, anda bisa kembali berdiskusi. Kali ini mestinya Anda sudah siap dengan solusi.

Beberapa Langkah (yang Tidak Mudah) untuk Berbeda Pendapat tanpa Mengurangi Rasa Hormat

  • Membingkai konflik dengan kolaborasi: Lihat ketidaksepakatan sebagai kesempatan untuk membangun hasil yang lebih baik bersama-sama. Kadang kala kata ganti “dan” akan lebih baik dibanding kata “atau”.
  • Coba mendengar dengan lebih baik (active listening): Konsentrasi penuh, hindari menyela, buat catatan, lebih banyak bertanya. Nyatakan kembali apa yang Anda dengar untuk mengonfirmasi pemahaman.
  • Tetapkan dan pertahankan batasan: Tetapkan batasan pembicaaraan, karena pembicaraan yang melebar mungkin akan menyinggung beberapa hal yang akan memperburuk konflik. Lalu ingatkan kembali lawan bicara untuk tetap dalam koridor batasan pembahasan yang sudah disepakati.
  • Refleksikan setelah ketidaksepakatan: Bisa jadi langkah ini membutuhkan jeda dalam diskusi. Tunda beberapa jam atau sehari. Tanpa fokus ke siapa yang menang dan siapa yang kalah, pertimbangkan kembali mengapa perbedaan pendapat terjadi, tempatkan diri Anda dalam posisi lawan bicara, lalu cari kesamaan pandangan sebanyak mungkin dibandingkan mengorek-ngorek perbedaan.
  • Usulkan solusi: Fokus pada kesamaan-kesamaan yang ada serta apa yang dapat diperbaiki di masa mendatang. Kalau fokus ke perbedaan, maka tidak akan habisnya.

Hits: 0

No Comments

Post a Comment

Your email address will not be published.

EnglishIndonesia