Penciptaan Bumi berdasarkan Al-Qur’an dan Geosain
Penciptaan Bumi berdasarkan Al-Qur’an dan Geosain
Banyak orang termasuk ilmuwan tidak percaya akan adanya hubungan antara Al Qur’an dengan sain, karena kebanyakan dari mereka masih terpengaruh oleh teori pemikiran materialis. Model pemikiran materialis ini berkembang pada abad ke 18-19 di Eropa sebagai akibat dari adanya pertentangan antara kaum agamawan –terutama agama Yahudi dan Kristen- dengan kaum Ateis. Adapun sain adalah perwujudan rasionalitas manusia yang berusaha menjawab semua pertanyaan yang timbul dari pikiran manusia.
Skema Al Quran dan Geo-arkeologi adalah kajian ayat-ayat sain dan sejarah dalam Al Quran yang di kaitkan dengan hasil temuan-temuan dalam bidang sain historis yaitu geologi dan arkeologi (geo-arkeologi). Tulisan ini mencoba mencari tahu salah satu aspek dari hubungan Al Quran dan geo-arkeologi yaitu geologi, dengan bahasan mengenai satuan dari masa atau perioda penciptaan bumi.
Penciptaan bumi berlangsung dalam enam perioda atau masa (As Sajdah 32:4, Al Hadiid 57:4, Al Furqaan 25:59). Keenam masa ini kemudian dibagi lagi menjadi dua yaitu penciptaan bumi itu sendiri yang berlangsung dalam dua masa dan empat masa berikutnya adalah proses pelamparan bumi (Fushshilat 41:9-10) yang berlangsung hingga sekarang. Tidak diketahui apakah satuan dari masa tersebut, apakah dalam satuan hari, bulan, tahun atau jutaan hingga milyaran tahun?
Dalam surat Al Mu’min 40:57 disebutkan bahwa proses penciptaan alam semesta ini (termasuk bumi) adalah lebih besar daripada penciptaan manusia. Makna kalimat “lebih besar” dalam Al Mu’min 40:57 ini mungkin ada hubungannya dengan proses yang lebih lama karena penciptaan terjadi secara bertahap bukan seketika (Ar Ruum 30:8).
Konsep penciptaan alam semesta dan bumi dikutip -antara lain- dalam Al Anbiyaa 21:30. Menurut surat ini, alam semesta (langit) dan bumi sebelumnya bergabung menjadi satu dan kemudian terpisah satu sama lainnya. Ahli kebumian menduga bahwa proses pemisahan tersebut melalui suatu ledakan yang sangat dahsyat, seperti yang dikemukakan oleh Edwin Hubble pada tahun 1929 dengan teorinya big-bang.
Penciptaan Bumi berdasarkan Geosain
Para ahli geosain (ilmu kebumian) menggunakan informasi dalam batuan –khususnya batuan sedimen yang mengandung fosil- untuk mengungkap sejarah bumi. Korelasi stratigrafi di seluruh dunia adalah salah satu keberhasilan terbesar ilmu kebumian pada abad ke-19. Dengan menggunakan fosil dan korelasi stratigrafi, kekosongan dalam catatan stratigrafi di suatu tempat dapat di isi dengan menggunakan bukti dari tempat lain. Melalui korelasi dari seluruh dunia ini, ahli geologi membuat Skala Waktu Geologi atau Skala Waktu Stratigrafi. Sebuah diagram komposit yang menunjukkan suksesi dari semua strata atau lapisan yang diketahui, dipasang bersama dalam urutan kronologis, berdasarkan fosil dan bukti umur relatif lainnya. Fosil yang digunakan untuk merekonstruksi sejarah bumi ini terutamanya adalah fosil invertebrata laut karena penyebarannya di muka bumi lebih luas.
Kolom Skala Waktu Geologi telah dibangun dengan susah payah oleh banyak ilmuwan yang bekerja selama bertahun-tahun pada abad ke-19 dan kemudian untuk mengkorelasikan hubungan umur relatifnya dengan umur absolutnya (numerik) maka dilakukan penanggalan radiometrik.
Hits: 267