Enter your keyword

Misteri Situs Gobleki Tepe di Asia Barat

Misteri Situs Gobleki Tepe di Asia Barat

Misteri Situs Gobleki Tepe di Asia Barat

Misteri Situs Gobleki Tepe di Asia Barat

Göbekli Tepe adalah bangunan monumen tertua yang terdapat di Asia Barat. Apakah monumen ini tinggalan sebelum, sesudah, atau ,malah sezaman dengan nabi Adam AS?

Johan Arif

Peneliti Geoarkeologi & Lingkungan di ITB, Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung.

Lokasi Gobleki Tepe (GT) di antara Sungai Tigris& Efrat. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

1 November 2024

 

BandungBergerak.id – Dalam Al-Qur’an Surat Thaahaa 20:54 disebutkan bahwa Allah SWT menyuruh kita untuk menggembalakan binatang-binatang (ternak?), karena pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal untuk mencapai berbagai manfaat kehidupan di Akhirat nanti. Kapan manusia mulai mengamalkan pekerjaan ini?

Dalam sains histori, pekerjaan ini (menggembala & bertani) di duga mulai dilakukan orang pada zaman Neolitik yaitu era ketika budaya pertanian dan penggembalaan hewan ternak dimulai, dan sebagai hasilnya, manusia pertama kali mulai membuat pemukiman yang permanen tidak berpindah-pindah lagi. Era budaya ini berlangsung pada periode Holosen di mana pada saat itu bumi dalam kondisi interglasial (hangat).

 

Berdasarkan perkembangan sosial-ekonomi, pada zaman Plestosen/Paleolitik, aktivitas manusia dilakukan dengan cara berburu-memungut (hunter-gather). Kemudian, pada zaman Holosen (Mesolitik & Neolitik), aktivitas kehidupan manusia mulai berubah ke arah bercocok tanam (agriculture).

Korelasi waktu budaya prasejarah dengan waktu geologi kuarter. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Korelasi waktu budaya prasejarah dengan waktu geologi kuarter. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Iklim di bumi selalu berubah baik dalam hitungan hari, tahun, dekade dst. Perubahan iklim untuk masa yang panjang (skala ribuan atau jutaan tahun) berhubungan dengan periode glasial (dingin) dan interglasial (hangat).

Sejak hominid mulai memproduksi peralatan batu sekitar 2,5 juta tahun lalu di Afrika, dunia telah mengalami banyak perubahan iklim yang panjang antaralain pada Plestosen Atas antara 129-125 ribu tahun lalu diduga telah terjadi perubahan iklim antara glasial-interglasial. Pada saat itu Eurasia, Australia atau Amerika belum dihuni manusia. Baru pada perubahan iklim berikutnya yang terjadi pada transisi Plestosen Atas-Holosen antara 13-8 ribu tahun lalu benua-benua ini (kecuali antartika & Greenland) mulai dihuni manusia.

Transisi Pleistosen-Holosen merupakan sebuah drama dalam beberapa babak. Di awali dengan kondisi glasial antara 25 dan 13 ribu tahun lalu yang mempunyai dampak iklim di seluruh dunia , lalu Bölling-Alleröd dan Younger Dryas (YD) antara 11 dan 10 ribu tahun lalu. Kemudian, periode antara 10 dan 8 ribu tahun lalu bumi menyaksikan fluktuasi terbatas dalam suhu dan curah hujan, serta perubahan dalam vegetasi dan kenaikan permukaan laut. Epilognya adalah Pasca-Glasial Optimum (= periode Atlantik), dari sekitar 8 hingga 5 ribu tahun lalu

Fenomena Younger Dryas (YD) ditandai dengan hadirnya tumbuhan dryas octopelata, yaitu tanaman yang saat ini hanya tumbuh di kawasan kutub. Pollen atau serbuk-sarinya ditemukan di sedimen-sedimen yang berumur antara 13-10 ribu tahun lalu, di Eropa baratlaut (Swiss dan Greenland). Fenomena Younger Dryas (YD) ini diduga juga terjadi di Amerika. Dari aspek stratigrafi buktinya tidak terlihat, tetapi bukti adanya Younger Dryas (YD) ini dapat dilihat berdasarkan beberapa kajian seperti polen, palentologi vertebrata, stable isotope dan geomorfologi. Apakah fenomena Younger Dryas (YD) terdapat di Indonesia? Hal ini masih menjadi tanda-tanya.

Di Amerika, fenomena Younger Dryas (YD) diduga ditandai dengan adanya lapisan tanah/batuan berwarna hitam atau abu-abu kehitaman karena kandungan organik karbonnya antara 0.05-8%. Hal ini menjadi tanda bahwa terbentuknya lapisan tanah hitam ini pada lingkungan iklim yang lembap/basah karena permukaan air (tanah) tinggi. Dari aspek budaya adanya lapisan tanah hitam ini bertepatan dengan transisi budaya Clovis ke Folsom. Pada saat itu, perburuan mammoth berakhir dan digantikan dengan perburuan bison pada periode Folsom. Fenomena yang mirip dengan Younger Dryas (YD) terjadi lagi ketika bumi berada dalam zaman Holosen Atas/Akhir antara 1600-1900 Masehi, yang dikenal sebagai “Little Ice Age“.

Gobleki Tepe (GT) & beberapa situs megalitik lainnya berumur Holosen Awal-Tengah. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Gobleki Tepe (GT) & beberapa situs megalitik lainnya berumur Holosen Awal-Tengah. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Baca Juga: Kisah Penyebaran Fauna di Bumi pada Zaman Plestosen
Misteri Danau Bandung
Menelisik Cara Hidup Manusia pada Masa lalu di Asia Barat

Apakah Ada Kehidupan pada Masa 13-8 Ribu Tahun Lalu?

Pada tahun 1995 seorang penggembala suku Kurdi melihat sejumlah batu besar yang sudah diolah oleh manusia tertanam di tanah tidak jauh dari kota ?anliurfa di Turki. Situs ini dinamakan Göbekli Tepe (GT) yang diperkirakan dibangun oleh komunitas pemburu-pemungut (hunter-gatherer) yang hidup sejaman dengan budaya Natufian Bawah di Asia Barat; sekitar 12.8-11.4 ribu tahun lalu (Holosen Awal)

Göbekli Tepe (GT) adalah bangunan monumen tertua yang terdapat di Asia Barat. Apakah monumen ini tinggalan sebelum atau sesudah atau sezaman dengan nabi Adam AS? Hal ini masih menjadi tanda-tanya.

Strata budaya pada transisi Plestosen-Holosen di Asia Barat. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Strata budaya pada transisi Plestosen-Holosen di Asia Barat. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Diduga kawasan Göbekli Tepe (GT) pada zaman Holosen Awal/Bawah merupakan wilayah padang rumput hijau dan gandum liar. Daerah ini juga dipenuhi kawanan kijang, angsa dan bebek. Sehingga Göbekli Tepe (GT) dikaitkan dengan kisah dalam Al Kitab yaitu Taman Eden pada masa nabi Adam AS. Lokasi Taman Eden adalah daerah dimana empat sungai mengalir dalam wilayah Fertile Cresent (FC). Dua dari empat sungai tersebut adalah Sungai Tigris dan Efrat, dan Göbekli Tepe (GT) terletak di antara keduanya. Kitab Kejadian juga menyatakan bahwa Taman Eden dikelilingi oleh pegunungan, begitu pula Göbekli Tepe (GT).

Para ilmuwan berpikir bahwa 12 ribu tahun lalu orang masih tinggal di gua atau pondok, dan tidak dapat membangun “situs megalitik” seperti Göbekli Tepe (GT). Tapi sekarang mereka mengakui bahwa pendapat ini salah.

Lingkaran batu & rekonstruksinya. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Lingkaran batu & rekonstruksinya. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Sejauh ini, tidak ada jejak aktivitas rumah tangga atau pertanian dan peternakan yang ditemukan di Göbekli Tepe (GT). Semua sisa tumbuhan dan hewan yang ditemukan merupakan spesies liar. Namun banyaknya perkakas batu api yang digali menunjukkan adanya aktivitas pembuatan perkakas batu berskala besar di sini.

Analisis kimia pertama yang dilakukan pada bejana batu besar di Göbekli mengungkapkan adanya residu oksalat. Berdasarkan hal tersebut, kemungkinan produksi bir dalam rangka pesta besar-besaran mungkin berlangsung di sini. Dan salah satu hal yang masih menjadi misteri bagi para ilmuwan adalah bagaimana manusia pada saat itu mendirikan monolit tanpa bantuan hewan hingga tidak ditemukannya pemukiman manusia di dekat kuil tersebut.

Pilar-pilar berbentuk huruf T & lukisan-lukisan pada pilar tersebut. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Pilar-pilar berbentuk huruf T & lukisan-lukisan pada pilar tersebut. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Ada banyak teori yang disumbangkan oleh penulis non-akademis tentang asal-mula situs Göbekli Tepe (GT). Teori-teori tersebut berkisar dari peradaban kuno dengan kompleksitas yang menakjubkan melalui referensi Alkitab hingga sebagai observatorium astronomi. Dalam hal kesejajaran bintang, para ilmuwan tidak mengesampingkan hal ini; tetapi bukti-bukti yang menunjukkannya belum atau tidak diketemukan.

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel Johan Arif, atau tulisan-tulisan lain tentang Situs Geologi

Hits: 2

EnglishIndonesia