Menyusuri Fosil-fosil Manusia dari Kawasan Asia
Temuan fosil manusia yang berasal dari zaman Plestosen Akhir-Holosen Tengah di Asia dan Australia menyumbangkan pemikiran atau ide bagaimana perkembangan manusia.
Johan Arif
Peneliti Geoarkeologi & Lingkungan di ITB, Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung.
Dua tipe Homo sapiens yang hidup sekarang di kawasaan Asia dan Australia yaitu Tipe Sunda dan Tipe Sahul. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
17 Mei 2024
BandungBergerak.id – Manusia dalam aspek biologi tergolong ke dalam spesies Homo sapiens (Homo berarti manusia dan sapiens berarti bijaksana atau cerdas). Pendapat ahli mengatakan bahwa manusia muncul di muka bumi ini kira-kira pada zaman akhir Plestosen Atas (late Upper Pleistocene). Tetapi jika fosil-fosil dari Afrika Timur, Afrika Selatan dan Asia Barat yaitu Herto, Border dan Qafzeh dapat diterima sebagai spesies Homo sapiens maka kemunculan manusia mungkin terjadi lebih awal lagi yaitu sejak zaman Plestosen Tengah atau awal Plestosen Atas.
Di Asia termasuk Asia Tenggara dan Australia fosil-fosil manusia yang sudah ditemukan berasal dari zaman Plestosen Akhir-Holosen Tengah. Temuan fosil manusia ini setidaknya dapat menyumbangkan pemikiran atau ide bagaimana perkembangan manusia di kawasan Asia dan Australia.
Fosil-fosil manusia yang di temukan di Asia. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Fosil-fosil manusia yang di temukan di Asia. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Fosil Manusia Moh Khiew (Moh Khiew Man) ditemukan tahun 1991 di gua batu gamping “Gua Moh Khiew”. Gua ini terletak di Provinsi Krabi, Thailand Selatan. Penanggalan radiokarbon AMS menunjukkan Moh Khiew hidup pada zaman Plestosen Akhir sekitar 25 ribu tahun yang lalu.
Fosil Manusia Minatogawa dari Jepang. Diperkirakan umurnya pada saat wafat adalah antara 35-45 tahun. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Fosil Manusia Minatogawa dari Jepang. Diperkirakan umurnya pada saat wafat adalah antara 35-45 tahun. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Fosil Manusia Minatogawa (Minatogawa Man) ditemukan pada tahun 1970 di lokasi tambang batu gamping di Pulau Okinawa, Jepang oleh Seiho Ohyama. Fosil manusia tersebut terdiri dari satu kerangka berjantina (jenis kelamin) lelaki (Minatogawa-1), tiga kerangka berjantina perempuan dan serpihan tulang lainnya. Penanggalan C-14 menunjukkan umur antara 18-16 ribu tahun yang lalu yang berkorelasi dengan zaman Plestosen Akhir juga. Peneliti dari Jepang seperti Suzuki (1982) mengatakan bahwa Manusia Minatogawa adalah nenek moyang langsung dari masyarakat Mesolitik-Neolitik Jomon.
Fosil Manusia Perak dari Malaysia & rekonstruksi perkiraan bentuk tubuhnya oleh artis dari Malaysia & Jepang. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Fosil Manusia Perak dari Malaysia & rekonstruksi perkiraan bentuk tubuhnya oleh artis dari Malaysia & Jepang. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Fosil Manusia Perak (Perak Man) ditemukan tahun 1990-1991 di lembah Lenggong Perak, juga di dalam gua batu gamping “Gua Gunung Runtuh” yang letaknya sekitar 8km dari Kota Tampan. Manusia Perak berperan penting dalam mengungkap asal usul manusia di Malaysia, sedangkan Kota Tampan sangat penting dalam pengetahuan tentang migrasi manusia dari Afrika ke Asia Tenggara dan Australia. Manusia Perak berjantina lelaki dalam keadaan cacat, diperkirakan wafat dalam usia empat puluhan dan dimakamkan dalam posisi terlentang, kaki terlipat dengan arah Barat-Timur. Berdasarkan perhitungan C-14 Manusia Perak hidup pada masa Holosen Awal sekitar 10 ribu th yl, dan melihat dari bekal kubur yang dijumpai di sekitar mayat di perkirakan budaya yang berkembang ketika dia hidup adalah budaya Mesolitik (Epi-paleolitik).
Atas: Fosil Manusia Wajak dari Jawa Timur. Diperkirakan umur pada saat kematiannya adalah kira-kira 20 tahun. Bawah: Temuan fosil Wajak-2 di gua batu gamping. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Atas: Fosil Manusia Wajak dari Jawa Timur. Diperkirakan umur pada saat kematiannya adalah kira-kira 20 tahun. Bawah: Temuan fosil Wajak-2 di gua batu gamping. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Fosil Manusia Wajak (Wajak Man) diwakili oleh Wajak-1 dan Wajak-2 yang ditemukan di suatu gua batu gamping di Desa Cerme, Tulungagung Jawa Timur pada tahun 1888 dan 1890 oleh van Rietschoten dan Dubois. Diperkirakan Manusia Wajak hidup pada zaman Holosen Tengah antara 6-10 ribu tahun yang lalu atau dari aspek budayanya hidup pada zaman Mesolitik-Neolitik.
Fosil Manusia Pawon ditemukan di Gua Pawon, yang berada di kawasan perbukitan batu gamping Formasi Rajamandala; kira-kira 25 kilometer sebelah barat Kota Bandung. Gua ini merupakan salah satu situs arkeologi prasejarah yang penting di Jawa Barat. Secara administratif kawasan Gua Pawon termasuk ke dalam wilayah Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Gua Pawon ini berada di pinggiran bekas danau purba yaitu Danau Bandung.
Penyelidikan situs Gua Pawon pertama kali dilakukan oleh Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB) yang melakukan survei dan penggalian pada tahun 2000. Dari hasil penggalian uji ini di salah satu ruang gua yaitu ruang “anak” (sekarang disebut gua kopi oleh penduduk setempat), ditemukan berbagai temuan antara lain peralatan batu, tulang binatang, cangkang siput, dan gerabah. Hal ini menandakan bahwa Gua Pawon pernah dihuni oleh manusia pada masa silam. Kemudian, pada pertengahan tahun 2003 penggalian arkeologi yang lebih sistematis dilakukan oleh Balai Arkeologi Bandung di dua lokasi di dalam Gua Kopi.
Rangka 3 (R3) kondisinya dalam keadaan terlipat (flexed) dengan posisi kaki di arah utara & posisi kepala di arah selatan serta muka menghadap ke arah timur. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Rangka 3 (R3) kondisinya dalam keadaan terlipat (flexed) dengan posisi kaki di arah utara & posisi kepala di arah selatan serta muka menghadap ke arah timur. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Hasil kerja tim ini menemukan empat rangka manusia –yang dikenal sebagai rangka Manusia Pawon (Pawon Man)- terdiri dari dua buah tengkorak berikut giginya (diberi label R1 & R2) tetapi kondisinya sudah rusak di beberapa bagian, serta dua buah kerangka lainnya yaitu R3 dan R4 yang relatif cukup baik kondisinya. Penanggalan rangka Manusia Pawon dilakukan dengan menggunakan metode C-14 yang hasilnya menunjukkan Manusia Pawon hidup pada zaman Holosen Tengah dengan kisaran umur antara 7-9 ribu tahun yang lalu atau jika dilihat dari aspek budayanya dia hidup pada zaman Mesolitik-Neolitik.
Berapa umur dari Manusia Pawon? Dalam dunia paleo-antropologi, penentuan usia seseorang pada saat dia wafat (age-at-death) diperlukan jika kita ingin mendapatkan informasi tentang aktivitas populasi manusia pada masa yang lalu termasuk kondisi kesehatan mereka. Salah satu caranya adalah dengan melihat pola keausan gigi. Gigi sejalan dengan waktu akan mengalami keausan (abrasion). Keausan gigi itu terbentuk dari hasil interaksi antara gigi-gigi sewaktu proses pengunyahan makanan. Pengamatan pola keausan gigi terutama gigi molar (geraham) adalah salah satu cara untuk menentukan umur seseorang pada saat dia wafat (age-at-death). Penentuan usia Manusia Pawon dilakukan dengan melihat gigi geraham (molar) dari R3 dan diperkirakan Manusia Pawon berumur antara 35-40 tahun pada saat dia wafat (age-at-death).
Bentuk tengkorak dari Tipe Sunda & Tipe Sahul. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Bentuk tengkorak dari Tipe Sunda & Tipe Sahul. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Baca Juga:
Bencana Alam, Perubahan Iklim, dan Jejak Hutan Tropis Bandung
Siapa Nenek Moyang Ki Sunda?
Menyelisik Situs Megalitik Gunung Padang di Cianjur
Tipe Manusia di Asia & Australia
Berdasarkan morfologi tengkoraknya, Strom (1995) berpendapat bahwa ada dua tipe Homo sapiens yang hidup sekarang di kawasaan Asia dan Australia yaitu Tipe (dataran) Sunda dan Tipe (dataran) Sahul. Morfofologi Tipe Sahul lebih kekar (robust) dibandingkan Tipe Sunda.
Hipotesa evolusi manusia di Asia & Australia. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Hipotesa evolusi manusia di Asia & Australia. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Berdasarkan skema evolusi manusia di Asia dan Australia, fosil-fosil yang disebutkan di atas seperti Manusia Perak, Wajak dan Pawon mungkin mewakili bentuk dari tipe Proto-Sunda (proto artinya lebih awal) dan Kow Swam serta Keilor mewakili tipe Proto-Sahul. Tetapi, ada salah satu hal yang masih menjadi bahan pembicaraan di antara ahli paleo-antropologi yaitu apakah Minatogawa dan Moh Khiew merupakan nenek moyang dari kedua tipe Sunda dan Sahul? Atau apakah Tipe Sahul mempunyai jalur evolusi yang terpisah dari Tipe Sunda dan mempunyai nenek moyang tersendiri, antaralain Homo florensis (Hobbit) yang ditemukan di Liang Bua Flores tahun 2002-2003 dan diduga hidup pada zaman Plestosen Atas antara 100-50 ribu tahun yang l
Hits: 69