Kisah Venus Sang Berhala Para Dewa
Patung berbentuk manusia diduga muncul pertama kali di zaman Paleolitik Akhir. Para ahli menamakannya sebagai patung Venus karena menggambarkan seorang perempuan.
Johan Arif
Peneliti Geoarkeologi & Lingkungan di ITB, Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung.
19 Juli 2024
BandungBergerak.id – Herodotus dari Yunani yang hidup pada abad ke-5 SM, sekitar 2,5 ribu tahun yang lalu dianggap sebagai sarjana yang pertama kali mempelajari banyak artefak, antara lain berhala atau patung-patung (figurine) yang berbentuk manusia atau binatang. Patung-patung yang berbentuk manusia diduga muncul pertama kali pada zaman Paleolitik Akhir yang para ahli menamakannya sebagai patung “Venus” karena digambarkan sebagai seorang perempuan.
Nama ini pertama kali digunakan pada pertengahan abad kesembilan belas oleh Marquis de Vibraye, yang menemukan patung gading dan menamakannya La Vénus impudique (“Venus yang tidak sopan”). Patung-patung yang berwujud hewan atau hybrid (kombinasi hewan & manusia) banyak ditemukan di Eropa Barat, umumnya diukir pada gading mamut. Contoh yang terkenal adalah patung Lion-man dari Hohlenstein-Stadel, Jura Swabia, Jerman.
Venus adalah dewi Romawi yang fungsinya mencakup cinta, kecantikan, hasrat, seks, kesuburan, kemakmuran, dan kemenangan. Dalam mitologi Romawi, dia adalah nenek moyang orang Romawi.
Merujuk kepada surat An Najm 53:27 dan Al Israa 17:40, wujud patung berjantina perempuan itu dianggap sebagai malaikat yang kemudian dijadikan sebagai sembahan oleh manusia. Al Lata, Al Uzza dan Manah –berhala/patung yang ada pada zaman nabi Muhammad SAW- pun dianggap sebagai anak perempuan Allah SWT (atau salah satunya?) (lihat An Najm 53:19-20). Berhala merupakan bentuk kesirikan yang menyebabkan kebinasaan (Al Kahfi 18:58; Al Qashas 28:59). Oleh karenanya, pada masa yang lalu banyak umat manusia yang dimusnahkan karena hal ini.
Baca Juga:Menyusuri Fosil-fosil Manusia dari Kawasan Asia
Perubahan Iklim dan Hancurnya Kerajaan Akkadia
Misteri Masyarakat Buni dari Batujaya
Berhala pada Zaman Paleolitik Akhir di Eropa
Zaman Paleolitik Akhir/Atas umumnya dikaitkan dengan kemunculan manusia seperti kita (Homo sapiens) dengan cara hidup mereka sebagai pemburu-pemungut (hunter-gatherer) dan mereka hidup pada zaman Es. Menurut Klein & Edgar (2002), zaman Paleolitik Akhir di Eropa dapat dibedakan menjadi beberapa kebudayaan, sebagai berikut:
1) Kebudayaan Aurignacian (sekitar 37-29 ribu tahun yang lalu), membentang mulai dari Bulgaria hingga Spanyol.
2) Kebudayaan Gravettian (sekitar 29-21 ribu tahun yang lalu), tersebar mulai dari Portugal melintasi Eropa selatan dan tengah hingga Rusia.
3) Kebudayaan Solutrean (sekitar 21-16.5 ribu tahun yang lalu), berkembang di Perancis dan Spanyol
4) Kebudayaan Magdalena (sekitar 16,5-11 ribu tahun yang lalu), berkembang di Perancis, Spanyol bagian utara, Swiss, Jerman, Belgia, dan Inggris bagian selatan.
Meskipun masih diperdebatkan, tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa secara genetik asal-usul masyarakat Aurignacian dan Gravettian berasal dari Asia Barat (near-east) yang kemudian bermigrasi ke Eropa.
Di Eropa, masyarakat pada zaman Es Paleolitik Atas sudah menciptakan patung-patung atau berhala yang berwujud manusia yang umumnya berjantina perempuan yang mengalami obesitas atau sedang hamil. Patung-patung ini disebut sebagai Venus figurine.
Pada zaman Holosen Tengah, patung berjantina perempuan dalam keadaan obesitas banyak ditemukan. Misalnya, patung dari situs Catalhoyuk, Turki dan patung dari Tell Halaf, Anatolia/Syria. Selain itu, terdapat patung berwujud makhluk hybrid yaitu “Manusia Kadal” ditemukan di Ubaidia. Kebudayaan Ubaidia, merupakan kebudayaan prasejarah di Mesopotamia yang berkembang antara 7,5-6 ribu tahun yang lalu. Mereka telah mengembangkan arsitektur dan pertanian dengan menggunakan irigasi. Mesopotamia -dalam bahasa Yunani artinya “di antara dua sungai” –adalah wilayah yang terletak di bagian timur Laut Mediterania yang dibatasi di sebelah timur-laut nya oleh Pegunungan Zagros dan di sebelah tenggaranya oleh Dataran Tinggi Arab. Sekarang wilayah ini termasuk Irak (sebagian besar), Iran, Suriah dan Turki. Dua sungai yang dimaksud adalah sungai Tigris dan sungai Efrat.
Diskusi
Patung-patung perempuan (patung-patung Venus) yang mengalami obesitas atau sedang hamil dari Eropa termasuk dalam karya seni paling awal dari tahun 38 hingga 14 ribu tahun yang lalu. Dengan ciri-ciri seksualnya yang menonjol (antara lain digambarkan sebagai vulva, payudara dan bokong). Kebanyakan patung dimaksudkan untuk digenggam, terbuat dari gading mamut, tanduk, batu, tetapi jarang yang terbuat dari tanah liat. Mellaart –seorang arkeolog dari Inggris yang terkenal karena penemuan pemukiman Neolitik Çatalhöyük di Turki– berpendapat patung-patung ini mewakili dewa perempuan monoteistik. Kenapa orang-orang pada masa lalu itu di Eropa sering membuat patung/berhala dalam keadaan obesitas atau sedang hamil? Ada banyak pendapat.
Dixson dan Dixson (2011) berpendapat patung-patung perempuan ini mungkin merupakan simbol pengharapan agar masyarakat pada masa itu dapat bertahan hidup dan berumur panjang serta memiliki gizi yang baik dan sukses berkembang. Kemudian pendapat lainnya dari Johnson, dkk. (2020). Mereka berhipotesis bahwa hal ini mungkin berkaitan dengan iklim. Patung-patung yang lebih gemuk berasal dari lokasi yang berada dekat dengan gletser dan patung-patung menjadi tidak terlalu gemuk seiring dengan bertambahnya jarak dari gletser. Tujuan dari pembuatan patung-patung ini mungkin sejalan dengan pendapat Dixson & Dixson (2011) yaitu karena untuk kelangsungan hidup memerlukan gizi yang cukup bagi perempuan yang melahirkan, maka perempuan yang kelebihan gizi menjadi simbol ideal bagi kelangsungan hidup dan kecantikan selama masa kelaparan dan perubahan iklim di Eropa pada zaman Paleolitik.
*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel Johan Arif, atau tulisan-tulisan lain tentang Situs Geologi
Hits: 13